Sabtu, 12 Maret 2016

Merger Bank Niaga dan Bank Lippo


MERGER  ANTARA BANK NIAGA DAN BANK LIPPO


1.         Profil Bank

1.A  Bank Niaga

Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955, dan saat ini merupakan bank ke-7 terbesar di Indonesia berdasarkan aset serta ke-2 terbesar di segmen Kredit Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-Commerce Holdings Berhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November 2002, kemudian dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BCHB, pada 16 Agustus 2007. Sebagai salah satu bank paling inovatif di Indonesia, Bank Niaga memperkenalkan layanan ATM pada tahun 1987 dan menerapkan sistem perbankan on-line pada tahun 1991. Dengan lebih dari 6.000 karyawan, Bank Niaga menawarkan rangkaian lengkap produk dan jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor cabang di 48 kota di Indonesia. Bank Niaga memiliki reputasi yang sangat baik di bidang pelayanan nasabah dan tata kelola perusahaan, serta telah melahirkan banyak bankir handal di Indonesia.

Melalui jaringan kantor cabang dan ATM yang luas serta keberagaman jalur distribusi perbankan elektronik, Bank Niaga menghadirkan layanan perbankan yang dikemas sesuai selera nasabahnya. Diantara berbagai penghargaan pernah diterima diantaranya peringkat pertama untuk Performance Management and Training and Development pada ajang HR Excellence Award 2007, dinobatkan sebagai Bank Terbaik oleh Majalah Investor, serta predikat ‘The Most Consistent Bank in Service Excellence’ oleh Marketing Research Indonesia pada tahun 2006. Selama lima tahun berturut-turut antara 2003-2007, Bank Niaga memperoleh penghargaan Laporan Tahunan Terbaik untuk kategori perusahaan swasta publik sektor keuangan dalam Annual Report Award.

1.B.     Bank Lippo

Bank Lippo didirikan pada bulan Maret 1948. Menyusul merger dengan PT Bank Umum Asia, Bank Lippo mencatatkan sahamnya di Bursa Efek pada November 1989. Pemerintah RI menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Lippo melalui program rekapitalisasi yang dilaksanakan pada 28 Mei 1999. Pada tanggal 30 September 2005, setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad mengakuisisi kepemilikan mayoritas di Bank Lippo. Sejak saat itu, Bank Lippo bergerak cepat menerapkan strategi pertumbuhan yang baru, yang dirancang untuk membawa Bank Lippo setara dengan bank kelas dunia. Bank Lippo mempelopori layanan E-Banking di Indonesia.

 Saat ini, Bank Lippo merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan hampir 5.000 karyawan, yang menghadirkan produk dan layanan perbankan berkualitas melalui 401 kantor cabang dan 722 ATM untuk melayani nasabah di lebih dari 120 kota di seluruh Indonesia. Dengan 126 bank di sektor perbankan di Indonesia, maka dipandang perlu untuk melakukan langkah konsolidasi untuk mewujudkan struktur industry perbankan yang lebih kokoh dan sehat. Untuk memfasilitasi konsolidasi tersebut, Bank Indonesia (BI) melakukan restrukturisasi kepemilikan bank melalui apa yang disebut Kebijakan Kepemilikan Tunggal bagi Bank. Sesuai dengan kebijakan ini, sebuah entitas hanya diperbolehkan menjadi pemegang saham pengendali di satu bank saja.

2.          Latar Belakang Penggabungan

Merger Niaga Dan Lippo merupakan dampak dari diterapkannya aturan kepemilikan tunggal (single presence policy / SPP ) yang ditetapkan Bank Indonesia. Ketentuan SPP mewajibkan kepemilikan tunggal bagi pemegang saham pengendali dilebih dari satu Bank. Oleh karena itu, Khazanah Berhad asal Malaysia selaku pemilik saham Bank CIMB Niaga dan Lippo Bank memutuskan untuk merger. 
Selain itu jika merger terlaksana, struktur permodalan akan semakin kokoh dengan asumsi Niaga memiliki ekiuditas sebesar Rp 5 triliun dan Lippo sebesar Rp 3,6 triliun, maka merger akan memiliki modal Rp 8,7 triliun. Dengan modal sebesar itu, akan memberikan kredit tanpa harus khawatir terbentuk BMPK ( batas maksimium pemberian kredit ).
Disamping itu, bank hasil merger juga akan lebih cepat memenuhi syarat Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank berskala nasional yang mensyaratkan modal minimal sebesar 10 triliun. Merger itu juga akan melahirkan sinergi positif. Lippo yang dikenal cukup kuat diusaha kecil menengah (UKM) dan system pembayaran (Payment back), diyakini akan bias menopang bisnis Niaga sebagai pemain kuat disegmen korporat dan kredit perumahan. Kondisi yang ada adalah penetrasi kredit Lippo masih amat rendah. Itu terbukti dari Loan to deposit ratio (LDR) yang hanya sekitar 50,7 %. Sedangkan di Niaga sekitar 95 % dana masyarakat mengalir dalam bentuk kredit.

2.1      Proses penggabungan Bank Lippo dan Bank Niaga

Proses merger melibatkan dua institusi perbankan terkemuka di Indonesia yaitu Bank CIMB Niaga (selanjutnya disebut Bank Niaga) dan Bank Lippo, menjadi Bank CIMB Niaga. Merger ini berawal dari kebijakan BI mengenai kepemilikan tunggal di Indonesia, dimana pemegang saham mayoritas dari Bank Niaga maupun Bank Lippo memilih merger sebagai opsi terbaik demi kepentingan seluruh stakeholder. Merger ini membentuk bank keenam terbesar di Indonesia berdasarkan aset. Perpaduan keunggulan kedua bank menciptakan sebuah bank yang lebih baik dan bersaing serta tumbuh di tengah makin ketatnya persaingan sektor perbankan Indonesia. Bagi CIMB Group, merger ini akan memperkokoh posisi dan meningkatkan prospek pertumbuhannya sebagai kelompok bisnis terkemuka di Asia Tenggara. Selama tahap perencanaan merger, terjadi beberapa peristiwa penting di sektor industri keuangan di Indonesia.
Sekalipun demikian, Bank CIMB Niaga tetap memiliki pijakan kokoh untuk menjadi sebuah bank terpercaya yang diperhitungkan di sektor perbankan Indonesia yang sangat kompetitif. Tantangan saat ini adalah bagaimana kami dapat melakukan integrasi operasional kedua bank untuk menggalang potensi sinergi di antara Bank Niaga, Bank Lippo dan CIMB Group. Kami telah bertekad untuk mewujudkan Bank CIMB Niaga sebagai bank universal di Indonesia.
Dimana jenis penggabungan yang dilakukan CIMB Niaga dengan Lippo adalah Merger Statutori, dimana entitas Bank CIMB Niaga dipertahankan karena memiliki asset lebih besar, sedangkan nama Lippo Bank masuk kotak sejarah “penggabungan itu akan menguatkan posisi CIMB Niaga dalam persaingan industry keuangan di Indonesia, “ujar Group chief executive CIMB Group , Dato’ Nazir Razak.
                                                    

Merger Bank Lippo dan Bank Niaga, dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2008 dengan nama baru PT CIMB Niaga Tbk dan selanjutnya seluruh aset dan kewajiban Bank Lippo di alihkan ke CIMB Niaga. Berdasarkan data BI triwulan 1-2008, nilai aset CIMB Niaga sebesar Rp 54,82 triliun, sedangkan nilai aset Lippo sebesar Rp 39,73 triliun. Merujuk pada data BI tersebut, total aset kedua bank setelah merger diperkirakan menjadi RP 94,55 triliun. Merger Niaga dan Lippo merupakan dampak dari diterapkannya aturan kepemilikan tunggal (single presence policy/spp) yang ditetapkan Bank Indonesia. Sebelum merger, Khazanah memiliki 93% saham bank Lippo melalui Santubong Investment BV dan Greatville Pte Ltd. Sedangkan di Bank Niaga sebesar 62,41% melalui CIMB Group penyedia jasa keuangan terbesar kedua di Malaysia milik Bumiputera-Commerce Holding Berhad (BCHB). Setelah merger, CIMB dan Khazanah masing-masing menguasai saham sebesar 58,7% dan 18,7%.

2.2    Pemilihan Nama CIMB Niaga

Merger ini merupakan penggabungan dari Bank Niaga, yang selama 53 tahun telah mengukir namanya dalam sejarah kredit bank di Indonesia, dan Bank Lippo yang memiliki posisi di segmen ritel melalui jaringan cabang yang luas dan produk pendanaan yang terkenal. Dari awal, kami menyadari bahwa nama Bank Lippo memiliki keterkaitan yang erat dengan aktivitas kelompok perusahaan Lippo Group, sementara kami lebih menginginkan membangun suatu identitas yang sama sekali baru sebagai bagian dari CIMB Group. Setelah melalui diskusi berkepanjangan, kami memilih menggunakan nama CIMB Niaga, menandai dimulainya suatu babak perjalanan yang baru bagi bank hasil merger yaitu:

Ä  CIMB Niaga adalah brand utama dari PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan logo CIMB Niaga tampil mewakili entitas tersebut pada kebanyakan materi komunikasi dan signage. Selain itu, terdapat dua sub-brand masing-masing untuk segmen pasar yang berbeda.
Ä  CIMB Niaga Preferred Circle menggabungkan layanan Preferred Circle (dari Bank Niaga) dan VIP Banking (dari Bank Lippo) yang ditujukan untuk segmen pasar mass affluent
Ä       CIMB Niaga Private Banking adalah nama baru bagi layanan Bank Niaga Private Banking yang ditujukan pada segmen high net worth individual.


3.           Permasalahan Setelah Penggabungan
Pengunduran diri beberapa karyawan karena ketidaknyamanan akibat perbedaan baik dari sisi orientasi bisnis maupun colporate culture yang jelas tidak sama.
Menurut Ahmad Deni Daruri, Prisiden Direktur Center for Bank Crisis (CBC) ketidak cocokan kultur jika dipertahankan justru akan berpengaruh negative bagi perjalanan Bank dimasa depan,” ini kembali kepada persoalan prefesionalisme,orang profesioanal kalau tidak cocok  biasanya mundur,”tukasnya”.
Dari sekitar 11 ribu karyawan hasil penggabungan sebanyak 97% karyawannya tetap memilih  bergabung dengan Bank CIMB Niaga.
Kinerja Keuangan  Bank CIMB Niaga diperkirakan tidak akan segera membaik, soalnya selain efek dilusi, juga karena biaya merger yang tinggi. Kinerja itu baru akan membaik pada 2009-2010. Analis Trimegah  Securities Arhya Satyagraha dalam risetnya, di Jakarta, Selasa (3/6), memaparkan biaya merger cukup besar yang diperkirakan mencapai Rp. 1,112 Triliun. Dalam pos biaya tersebut sudah termasuk biaya pajak yang harus dibayar.

4.  Hasil Merger Bank Lippo dan Niaga :
1.      Pasca merger, Simpanan Nasabah CIMB Niaga Meningkat
2.      PT Bank CIMB Niaga Tbk meraih predikat perusahaan "Sangat Tepercaya".
3.      Laba Bersih Bank Niaga Capai Rp 207 Miliar
4.      Niaga-CIMB Group Kirim Pelajar ke Malaysia